Pelabuhan Laut Pamakayo di Solor Barat, Flores Timur
SATULAMAHOLOT – Warga Pulau Solor umumnya mengalami kesulitan memperoleh bahan bakar minyak (BBM) mulai dari solar, premium atau bensin dan minyak tanah. Rata-rata harga BBM dijual di atas harga normal.
Solar dan bensin dijual perbotol Rp 30.000 sedangkan minyak tanah dijual dengan harga Rp 40 ribu/jeriken ukuran 5 liter. Kondisi tersebut sangat menyulitkan warga untuk mendapatkan BBM. Pemerintah diharapkan melakukan pengawasan terhadap distribusi BBM di Pulau Solor.
Hendrik Samon, salah satu warga Solor Barat kepada wartawan, Senin (17/11/2011) mengatakan, kondisi dua minggu terakhir harga BBM di Solor Barat dan sekitarnya sangat mencengangkan dan didominasi pengecer. Harga satu liter pekan lalu untuk solar dan bensin Rp 25.000, sekarang sudah naik menembus angka Rp 30 ribu. Selain di Solor Barat di Solor Timur juga terjadi kelangkaan minyak. Ny. Meri mengaku sulit melakukan aktivitas karena selain BBM sulit didapat, kendaraan juga sulit.
“Banyak ojek terpaksa tidak jalan karena kesulitan BBM. Kami jalan kaki kalau ada keperluan yang cukup jauh,”katanya.
Mery menuturkan, kapal ikan miliknya tidak bisa melaut karena ketiadaan solar. “Kapal ikan
sudah tiga hari tidak melaut karena solar belum dapat. Padahal harga sudah mahal tapi juga sulit,”katanya.
Selain di Pulau Solor, di Kota Larantuka antrean panjang BBM di SPBU 01 dan 02 masih berlanjut. Dalam sehari, SPBU hanya buka sekali dan itupun hanya dua sampai tiga jam. Antrean panjang di SPBU 01 hingga ke Kantor Bupati Flotim. Kondisi ini sangat mengganggu aktivitas pengguna jalan raya.
“Bagaimana tidak macet, antrean sudah ambil setengah badan jalan,” keluh Demon, salah satu warga yang sempat perang mulut dengan pengantre sepeda motor yang nyaris menutupi jalan, Minggu (16/11/2014) malam.
Hal yang sama juga terjadi di Pulau Adonara. Kelangkaaan BBM sangat meresahkan masyarakat. “Kami dari Desa Lamawolo cari bensin sampai ke Waiwerang. Dan, sampai di Waiwerang, bensin dijual Rp 25 ribu per liter. Ini sangat mahal dan menurut kami sangat membuat susah. Bayangkan, hanya beli bensin untuk isi mesin penggiling jagung cari sampai di Waiwerang. Bayar ojek pulang pergi Rp 50 ribu. Ini karena bensin mahal. Tapi, siapa yang peduli,” keluh Lanang (35).
Anggota DPRD Kabupaten Flotim, Syaiful Sengaji mengharapkan pemerintah turun tangan memantau pengisian BBM di SPBU agar tidak membuat warga panik. “Pemerintah gandeng polisi untuk kawal pengisian BBM di SPBU. Hal ini penting agar aktivitas masyarakat secara keseluruhan tidak terganggu dengan isu kelangkaan BBM,” harapnya. (LKS)